Apa Itu Kebahagiaan?


Kebahagiaan itu banyak konsepnya. Untuk umat biasa, kebahagiaan itu, misalnya, kalau kita pas lagi tidak sakit (sehat). Kalau kita lagi sakit perut, kita jadi tidak bisa makan cabe lagi, padahal itu makanan kesukaan kita. Tapi kalau makan cabe, nanti sakit perutnya tambah parah. Jadi tidak bahagia karena tidak bisa makan cabe.

Kebahagiaan itu bermacam-macam. Dalam Buddhism, kebahagiaan itu adalah proses berpikir. Jadi kalau lagi sakit asal proses berpikir kita benar, dia pasti tetap rasa senang.
Bikkhu cerita suatu hari dia menjenguk seorang ibu tua di rumah sakit. Bikkhu bertanya apakah dia bosan dirumah sakit tersebut? Si ibu tua ini malah menjawab "saya senang sekali dirumah sakit ini. 

Karena saya sakit, saya jadi bisa nonton liga Italy di kamar rumah sakit. Coba kalau saya tidak sakit, pasti tidak bisa nonton dah!" Jadi kalau Anda sedang sakit, belum tentu Anda tidak senang. Sehingga, ini semua tergantung dari proses pikiran masing-masing.

Coba lihat tangan kalian. Ada 2 warna, gelap dan terang. Kalau seseorang selalu melihat tangannya yg warna gelap, dunia-nya pun akan selalu rasa gelap. Contohnya, biasanya di permukaan tahun baru, orang-orang suka buka buku ramalan dan lihat keuntungannya di tahun yg akan datang ini. Apakah tahun ini beruntung atau chiong (sial/tidak cocok). Kalau udah baca trus chiong, pikirannya jadi menurun karena jadi kepikiran terus bahwa tahun ini dia chiong. Mau buka usaha, chiong. Mau kawin, chiong. Mau beli mobil, chiong. Mau travelling, chiong. Sehingga dia selama 1 tahun tidak berani macam-macam karena katanya di buku ramalan tahun ini dia chiong. Karena dia selalu melihat sisi gelap-nya itu, orang ini pun sangatlah tidak senang karena takut-takut-an terus.

Tetapi, kalau orang ini suka dengan kebahagiaan, dia pasti tidak akan lihat dari sisi gelap, tapi yg terang. Daripada berpikir bahwa tahun ini chiong jadi tidak berani maca-macam, orang ini malah berpikir tahun ini merupakan kesempatan yg baik sekali buat dia untuk selalu berbuat karma baik dan menanam karma baik. Karena kalau karma buruk ini mudah untuk dilakukan dan berbuah, maka karma baik pun mudah untuk diperbuat dan berbuah. Dengan berpikir demikian, orang ini pun menjadi berani. Buka toko, chiong, tidak apa, justru jadi tantangan. Kawin tahun ini chiong, tidak apa, toh saya boleh pacaran dulu selama 1 tahun. Orang ini pun bisa mengambil kesempatan ini untuk melatih kesabaran dan keberaniannya walaupun dibilang chiong.

BACA JUGA : 4 KARAKTER MANUSIA. YG MANAKAH KAMU ?

Contoh lain. Misalanya, orang ini mempunyai pasangan hidup (istri) yg galak, sadis, dan ga baik/sayang. Kalau suaminya ini selalu berpikir negative, dia akan selalu berpikir kok dia suek banget punya istri seperti ini. Jadi kesal dengan hidupnya dan istrinya ini. Tetapi, kalau sang suami selalu berpikir positive, dia akan berpikir "untung saya punya istri seperti ini. Jadi malah bisa melatih kesabaran diri saya sendiri, jadi ingatan buat saya untuk selalu bersabar. Dan saya pun mempunyai 
kesempatan untuk mengajar sang istri tentang Dhamma, untuk dia melatih kesabarannya juga".

Contoh lain. Misalnya orang bertemuan dengan makhluk halus (setan). Kalau berpikir negative, orang ini akan berpikir "Aduh, sial sekali ketemuan ama setan" jadinya takut ketemuan dengan makhluk halus. Tetapi sebenarnya, menurut agama Buddha, makhluk halus ini adalah makhluk yg sangat menyedihkan karena mereka sedang sengsara. Kalau orang berpikiran positif dia akan berpikir "ini adalah kesempat baik buat saya untuk berbuat karma baik, bisa tolong makhluk halus ini, aku bisa bacakan paritta buat mereka dan semoga dengan mendengarkan paritta2 ini mereka bisa dilahirkan lagi di alam yg lebih berbahagia". Nah, kalau berpikiran seperti ini, maka jadinya mau terus bertemuan dg makhluk halus biar bisa menolong mereka.

Maka dari itu kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Semua itu ada di dalam pikiran kita masing-masing. Segala sesuatu itu ada hikmahnya. Jadi, selalu lah berpikir positive. Kita bisa saja mengambil kebiasaan orang Indonesia yg suka mengucapkan "untung".

Misalnya temannya habis tabrakan di jalan. Waktu tabrakan motornya rusak parah "untung hanya kena motor, kamu-nya gak apa2". Tapi kalau orangnya malah luka "untung hanya kena baret dikit, gak sampe harus masuk rumah sakit". Tapi kalau sampe masuk rumah sakit "untung masih selamat, ga sampe geger otak". Tapi kalau sampe geger otak masuk rumah sakit "untung hanya geger otak, bukan mati". Tapi kalau sampe mati "untung langsung mati, jadi gak sengsara sakit-sakit". Itu lah hebatnya orang Indonesia, pola pikirnya yg suka mengatakan "untung".

Kita pun bisa mencoba seperti ini, karena dengan mempunyai pola pikir seperti ini, kita pun akan selalu berusaha melihat sisi positive dari keadaan kita, bukan selalu merenung akan sisi negative saja.
Tapi, harus ingat, kita jangan selalu bilang "untung" saja dan lihat sisi positive tetapi tidak berusaha memperbaiki keadaan kita ini. Kita harus bisa memikirkan kenapa hal ini bisa terjadi, apa penyebabnya. Misalnya ban mobil kita kempes di tengah jalan. Dengan mempunyai pikiran positive, kita akan berpikir "untung kempes 1 saja, karena aku ada serap-nya". Tapi jangan hanya begitu saja. 

Kita harus berpikir "kenapa bisa kempes ya? Apa tadi kena sesuatu?" Setelah di cek, mungkin karena tadi baru lewat jalan berbatu-batu. Jadi kita harus sadar dan mengingatkan diri bahwa lain kali jangan lewat jalan situ lagi, kalau tidak nanti ban mobil-nya kempes lagi. Dan tentu saja jangan lupa untuk selalu mempunyai ban serap di mobil, siapa tau kena lagi.

No comments:

Post a Comment

Recent Post

    Random Post

    Memuat...