hubungan beda agama- haruskah agam memisahkan cinta

Image result for agama bedaBerikut penjelasan psikolog Rudolf Matindas mengenai seluk beluk dan dinamika pernikahan beda agama.

What’s in a marriage?

Sebelum mengenali dinamika pernikahan beda agama, tentunya kita harus memahami apa yang dimaksud dengan pernikahan terlebih dahulu. Rudolf menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu sintesa atau penyatuan antara dua insan. Ia juga menyatakan bahwa pernikahan bertugas untuk mempertemukan dua pribadi yang memiliki nilai, kebutuhan, harapan, persepsi dan prioritas hidup yang berbeda. Pertanyaannya adalah… bagaimanakah cara agar perbedaan ini bisa bersatu?

Dalam pernikahan, tentunya tiap pasangan memiliki masalah, cara mengatasi masalah dan jenis kebahagiaan yang berbeda dengan pasangan yang lain. Perbedaan ini bisa menjadi sumber masalah dalam pernikahan, kecuali pasangan tersebut bisa mensinergikan perbedaan yang mereka miliki dengan baik. Disinilah Rudolf mengingatkan agar pasangan jangan memandang perbedaan sebagai pertentangan, melainkan sebagai sebuah cara untuk saling melengkapi satu sama lain. Rudolf mengilustrasikan hal ini dengan sebuah pertunjukkan orkestra yang memadukan berbagai alat musik menjadi sebuah simfoni yang indah.

Saat seseorang memutuskan untuk menikah, secara sadar ia menerima tantangan baru dalam hidupnya, yaitu tantangan untuk mengendalikan emosi, mencoba untuk memikirkan dan melakukan yang terbaik bagi orang lain. Untuk bisa mengatasi semua tantangan ini, sayangnya cinta tidak cukup. Ada berbagai landasan lain yang dibutuhkan untuk mempertahankan pernikahan, antara lain dukungan sosial, kematangan pribadi dan juga kemampuan ekonomi. Anda tidak akan bisa bertahan jika hanya mengandalkan cinta, karena manusia memiliki kurva perasaan. Akan ada masanya dimana pernikahan dipenuhi oleh cinta. Namun, suatu saat cinta akan memudar dan disinilah negosiasi dan kompromi mulai dibutuhkan. Dengan adanya dukungan dari ketiga faktor di atas, pernikahan Anda akan bisa bertahan meskipun cinta mulai memudar.

Menikah beda agama?

Selain faktor UU yang melarang pernikahan beda agama di Indonesia, ada banyak faktor yang menyebabkan orang-orang mulai mempertimbangkan kembali pernikahan beda agama. Salah satunya adalah rasa takut dikucilkan oleh orang tua, keluarga dan masyarakat. “Ada banyak kasus dimana seseorang yang sebenarnya tidak terlalu peduli dengan masalah agama namun enggan untuk menikah dengan pasangan yang beda agama. Ini karena pada umumnya mereka takut dikucilkan dan takut untuk menyakiti perasaan orang tua. Karena, bagaimanapun juga kita harus mengakui bahwa saat menikah, kita tidak hanya mengikatkan diri pada satu orang, melainkan satu komunitas yang ia miliki,” ujar Rudolf.

Saat Anda memutuskan untuk menikah dengan pasangan yang berbeda keyakinan, Anda harus mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya adalah dukungan dari orang tua Anda. Jika Anda termasuk orang yang memiliki hubungan baik dengan orang tua dan mereka tidak mendukung, maka Anda jangan meneruskan rencana itu. Kecuali, Anda sudah menyadari semua resiko dan bersedia untuk keluar dari rumah dan dihapus dari daftar keluarga jika tetap menikah.

Selain itu, Anda juga sebaiknya jangan menikah jika Anda masih dipenuhi harapan bahwa kelak setelah menikah pasangan Anda akan bersedia untuk pindah agama. Saat Anda mencintai seseorang, Anda harus menghormati dan menghargai kepercayaannya. Jangan menikah jika Anda belum bisa menerima pasangan apa adanya dengan semua perbedaan yang kalian miliki.

Rudolf menekankan bahwa dalam pernikahan yang penting bukanlah apa agama yang tertera di KTP Anda, melainkan tingkat kepercayaan yang Anda anut. Jika pasangan dan Anda adalah orang yang percaya bahwa agama hanyalah satu cara untuk berhubungan dengan Tuhan dan bahwa semua agama adalah baik, maka pernikahan beda agaman yang Anda jalani memiliki kemungkinan besar untuk berjalan dengan baik. Namun, jika Anda adalah pemeluk agama yang teguh dan percaya bahwa agama Anda adalah yang terbaik, serta percaya bahwa semua orang harus mengikuti kepercayaan Anda, maka sebaiknya Anda mengurungkan niat Anda. Karena pada dasarnya, tidak ada pemuka agama yang menyarankan Anda untuk menikah dengan orang yang beda agama, bukan? Jika dalam hati Anda terbersit suatu ketakutan bahwa kelak Anda akan masuk neraka karena telah melanggar perintah Tuhan, maka Anda harus menghentikan rencana pernikahan. Mungkin sekarang Anda bisa melupakan dan membelokkan ajaran agama yang Anda percayai. Namun, kelak saat masalah mulai muncul, semua hal-hal kecil itu akan muncul lagi dan bisa menjadi sebuah bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan menghancurkan pernikahan Anda.

What should I be?

Hal terakhir yang harus Anda pertimbangkan dalam pernikahan beda agama adalah nasib anak Anda kelak. Apakah anak Anda harus mengikuti agama yang Anda anut atau yang dianut pasangan Anda? Sebaiknya Anda mendiskusikan masalah ini dengan pasangan Anda sebelum memutuskan untuk menikah. Jika Anda dan pasangan sama-sama memaksa agar anak mengikuti agama masing-masing, maka hubungan ini tidak akan berhasil. Sekali lagi, disinilah tingkat kedewasaan Anda dan pasangan sangat berperan. Jika Anda berdua benar-benar saling menghargai dan memikirkan kepentingan anak, jangan gunakan sistem dagang. Misalnya, anak pertama ikut agama Anda sedangkan anak kedua ikut agama pasangan. Cara seperti ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kalian berdua belum siap untuk menjalani hubungan beda agama ini dengan baik.

Rudolf memberi jalan tengah untuk masalah ini, yaitu agar orang tua memilih agama mayoritas dalam lingkungan tempat mereka tinggal. Dengan cara ini, anak akan lebih mudah untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perbedaan agama dengan pasangan juga akan makin memperkaya pengetahuan dan wawasan anak Anda. Jadi saat anak sudah dewasa ia bisa menentukan apa yang akan ia percayai. Ingat, percayalah bahwa semua agama mengajarkan hal yang baik. Rudolf juga menambahkan bahwa selain memberikan pendidikan agama, orang tua juga harus memperhatikan pendidikan budi pekerti pada anak, beserta nilai-nilai kejujuran, pengertian dan cinta kasih. Seorang anak yang memiliki budi pekerti akan bisa tumbuh menjadi anak yang mengagumkan, apapun agama yang ia percayai. Ini adalah satu pegangan yang harus Anda percayai dalam membesarkan anak.

It’s not the religion… it’s the maturity.

Tidak dapat dipungkiri kalau pernikahan membutuhkan kerja keras dari dua belah pihak. Dan dalam kasus pernikahan beda agama kerja keras yang dibutuhkan tentunya lebih banyak lagi. Satu hal yang harus Anda ingat adalah agama tidak selalu identik dengan iman dan juga tidak menjamin moralitas seseorang. Dua orang dengan agama yang sama bisa memiliki karakter yang benar-benar sama. Agama memang akan mengajarkan suatu nilai untuk menjadi landasan hidup penganutnya. Akan tetapi, bagaimana cara tiap orang menginterpretasikannya bisa jadi sangat berbeda. Inilah mengapa kita harus sangat berhati-hati dalam menciptakan stereotip mengenai agama tertentu dan tidak mengkotak-kotakkan orang lain berdasarkan agama yang mereka anut. Cobalah untuk menilai orang lebih dari sekedar kulitnya saja.

Rudolf juga mengingatkan bahwa tidak ada pernikahan yang bahagia, namun tidak ada juga pernikahan yang tidak bahagia. Yang seringkali ditemui adalah pasangan yang puas atau yang tidak puas dengan perkawinannya. Hal terpenting dalam pernikahan bukanlah persamaan agama melainkan kematangan berpikir seseorang, prioritasnya dalam hidup dan nilai-nilai yang dipahami oleh kedua pasangan. Tiap pernikahan pasti akan mengalami persoalan, besar atau kecil. Faktor penentu apakah sebuah pernikahan itu bahagia atau tidak adalah apakah kedua pasangan bisa mengatasi persoalan yang ada. Satu tips utama adalah jika Anda tidak bahagia dalam pernikahan, jangan bergegas mencari pasangan baru. Cobalah carilah kebahagiaan lain di luar pernikahan agar Anda bisa lebih menghargai apa yang Anda punya dan bisa berbahagia dengan pasangan Anda.

No comments:

Post a Comment

Recent Post

    Random Post

    Memuat...